Rabu, 06 Juli 2011

CINTA HARUS MEMILIH II (By : Agpra)

Bel sekolah berbunyi, yang menandakan bahwa kelas akan segera dimulai. Hal yang tidak terlalu kami suka. Karena jam pertama akan diisi dengan sedikit perkenalan oleh anak baru yang pastinya bikin BT kita semua. Karena untuk sementara, perhatian akan terpusat ama tuh anak.

“Heh, bu Dewi dateng. Duduk-duduk.” Teriak andi si ketua kelas
“Ngga sabar gue, pengen liat tuh anak baru.” Kata dicky sdikit geram

Bu dewi masuk ke dalam kelas, kali ini ada hal special yang dia bawa. Bukanlah penggaris besar, jangka atau alat hitung lainnya. Tapi dia membawa sebuah patung yang Nampak nyata. Dan cukup menarik untuk didekati.

“Pagi anak-anak.”
“Pageeee bu!” jawab kami dengan kerasnya

“Pagi ini, bu guru membawakan teman baru dikelas kalian. Dia bernama bisma, dan baru pindah dari Jogjakarta. Tempat yang cukup jauh dari Jakarta. Dan sekarang ibu persilahkan bisma untuk memperkenalkan diri.”

“Terima kasih bu, pagi semuaaa.”
“Pagi.” Singkat
“Gue mau ngenalin diri gue. Nama gue bisma karisma, lu semua bisa panggil gue bisma. Gue baru aja pindah dari jogja beberapa hari yang lalu. Dan gue pindah kesini karena tugas ayah gue yang pindah-pindah. So, gue harap lu semua mau nerima gue dan beretemen sama gue. Thanks.”
“Blagu banget sih, pake lu gue dengan gaya kayak gitu.” Bisikku ketelinga dicky
“Yap, blagu nih anak kayaknya.”

“Baiklah, karena Ibu kira cukup. Nak bisma bisa duduk di dekat. Mmmm, Nara. Silahkan nak.”
“Baik bu.”
“Eh eh, tunggu dulu bu! Nggak bisa gitu dong, kita aja ngga pernah duduk deket nara bu. Masak anak baru ini kita izinin gitu aja duduk deket nara.” Protes Rafael
“Udahlah rafa, tenang aja. GPP kok.” Bantahku
“Rafael! Biar bisma duduk deket nara. Duduk bisma!” bentak Ibu dewi pada Rafa
“Iya bu.” Jawab anak baru itu

Bisma akhirnya duduk disampingku, baunya khas. Parfum beraroma mocca yang tercium olehku. Menunjukan siapa dia. Pria yang berkelas. :DD

“Hei, gue bisma. Seneng bisa kenalan sama lu.”
“Ya, kenalin gue Nara. Nara andieni satu-satunya cewek yag ada di sm*sh.”
“Sm*sh? Apa itu na? bisa lu jelasin ke gue?” pinta bisma dengan halus
“Gue bakal jelasin ntar. Sama anak-anak sm*sh lainnya.” Singkatku
“Sm*sh itu kaya perkumpulan ya?”
“Lu bisa diem kan? Gue mau focus ama pelajaran.” Nadaku yang sedikit naik
“Oh, ya maaf.” Lirih.


Teeeet, teeeet.. bel istirahat berbunyi. Semua berhamburan keluar dari masing-masing kelasnya. Ada yang ke kantin, perpustakaan, hanya nongkrong gaje di kelas atau sekitarnya. Dan tak luput juga kami, yang sedang berdiri di dekat pintu kelas kami dan menunggu seseorang keluar.

“Hei bisma! Sini lu!” teriak Rafael
“Iya, kenapa? Oya kalian siapa? Boleh kenalan?”
“Kenalin kita SM*SH, anak paling popular disekolah ini. Kita adalah anak dari pemilik saham disekolah ini. Kita adalah ikon sekolah ini dan kita yang megang sekolah SMA Tunas Bangsa ini. So, lu wajib hormat sama kita.” Jawab rangga dengan sigap dan sedikit membentak
“Oh, jadi sm*sh itu kalian ya? Hmm, harus ya gue hormat sampe segitunya ke kalian?” Tanya lugu bisma
“Tentu, itu peraturan tak tertulis disekolah ini.” Tegas reza
“So, mau nggak mau ya harus mau!” paksaku.
“Baiklah, gue usahakan ya.”
“Hmmm..”

Bisma akhirnya pergi, dan tanpa permisi. Sungguh hal yang tak kami suka. Dia bener-bener anak yang cukup menyebalkan. Namun menurutku dia menarik dan cukup indah untuk dimiliki.

Hari-hari kami tak pernah sepi, selalu banyak cerita. Sedih senang, canda tawa bahkan berantem juga tak terhindarkan. Hehe, bahagia. Itulah kata yang mewakilkan kami. Tak pernah suatu permasalahan menjadi besar dimata kami. Kami selalu bekerja sama dan solid. Hingga suatu hari, peristiwa yang kubenci terjadi.

“Nara.” Panggil Rafael
“Iya ko? Kenapa? Mau ngomong? Sini deh.” Jawabku
“Iya, gue mau ngomong serius ra. Dan penting.” Jawabnya
“Kenapa kokoku sayang. Buruan cerita. Sini duduk deket nara.” Manjaku :D
“Aku mau serius ra, dengerin ya. Persahabatan kita udah terjalin lama banget ra. Sejak kita SD, dan sekarang kita udah SMA kelas 2. Bukanlah waktu yang singkat buat persahabatan seindah ini ra.” Tegas Rafael, lemas
“Iya ko, nggak nyangka ya. Gue satu-satunya cewek disini. Bisa betah ngadepin kalian semua. Hehe, kenangan indah dalam hidup gue.”
“Tapi ra, apa pernah ada ya yang jatuh cinta sama kamu ra. Menurutmu ada nggak ra?”
“Rafa? Kok Tanya gitu sih ra, menurut gue. Nggak ada kok. Kan kita udah deket banget. Hehe, yak an.”
“Raa? Gue . gue sayang sama lu ra.”
“Gue juga kok raf, selalu selamanya pasti.” Jawabku seraya menatap Rafael dalam
“Tapi. Perasaan gue ini lebih ra. Lebih dari sahabat. Gue sayang lu ra, dan gue pengen memiliki lu. Memiliki lu bukan jadi sahabat ra. Tapi jadi temen hidup gue ra.” Rafael yang kemudian memegang tanganku lembut
“Rafa? Jangan bercanda deh, gue percaya kok lu emang jago acting. Tapi nggak urusan gini juga kale. Dasaar.” Kulepas tanganku dan mencubitnya
Rafael kembali meraih tanganku dan menciumnya “Gue sayang sama lu Nara Andieni. Gue mau lu jadi temen hidup gue. I love you more.”
“Rafael?”

Tanpa waktu lama, bibir Rafael menyentuh bibirku. Hangat dan tanpa kehendakku. Tak ada yang terfikirkan olehku saat itu, selain memikirkan, apa jawabanku untukmu Rafael? Aku bingung. Namun bibir itu tak juga lepas. Justru Rafael memegang tanganku semakin erat dan erat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar